Ilustrasi (sumber : Jeda.Id) |
Pernah makan sandwich? Atau minimal tau dong ?
Ilustrasi Sandwich (sumber : cookin.id) |
Iya, sandwich itu roti lapis. dari gambar di atas kebayang lah ya visualnya. Kurang lebih atas dan bawahnya roti, terus pakai isian semacam sayur, tomat, telur, daging dan lainnya, ditumpuk. Duh, jadi laper. Keliatan enak ya ?
Tapi kalo namanya generasi sandwich ternyata ga seenak sandwich nih gais.
Istilah ini dicetuskan A. Miller, seorang profesor di Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat (AS) pada 1981.
Jadi apa sih generasi sandwich ini ?
Sandwich generation adalah penamaan untuk seseorangyang dalam generasi di keluarga dibebani tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan generasi di atas dan bawahnya, simpelnya mengurus orang tuanya namun uga mengurus anak-anaknya.
Sebenarnya sandwich generation ini terbagi atas beberapa tipe :
- The Traditional : Diisi oleh kelompok yang masih mengurus orang tua mereka yang masih ada, namun sudah mulai punya anak dan mengurus anak mereka. Biasanya karena tinggal dengan orang tua juga.
- The Club : Biasanya kelompok ini menanggung tanggung jawab yang lebih banyak. Misal karena selain ayah dan ibu, kakek nenek mereka pun masih ada dan ikut diurus, atau karena selain anak ada juga cucu. Jadi semakin banyak generasi yang terlibat untuk diurus.
- The Open Faced : Biasanya kelompok orang yang mengurusi orang tua atau lansia, atau bisa juga sudah menikah namun belum punya anak.
- Extended Open Face : Sama seperti open faced, namun biasanya ditambah pihak saudara yang perlu diurus, misalnya adik.
- Extended Traditional : Sama seperti traditional yang mengurusi anak dan orang tua, namun ditambah bonus tanggung jawab yaitu saudara semisal kakak / adik.
Kenapa sih sandwich generation ini bisa ada ?
Sebenarnya denomena ini udah banyak terjadi sejak dulu, namun sebelunya tidak ada penamaan khusus. Beberapa alasan adanya generasi sandwich karena :
1. Adanya anggapan "anak adalah investasi"
Jika anggapan ini sudah dipegang oleh orang tua sang penempat posisi generasi sandwich,maka saat sang anak sudah mulai mandiri dan mencari kerja, ada kecenderungan dituntut mengurus orang tuanya, sekalipun ia pun sudah punya anak.
2. Tidak membiasakan anak untuk mandiri
Selain alasan dari faktor orang tua, bisa juga dari anaknya. Sejak awal mengasuh sampai anak dewasa tidak dibiasakan untuk mandiri, maka anak bisa cenderung untuk terus bergantung pada orang tanya.
3. Kurang kekompakan, kerja sama, atau putus hubungan dengan saudara kandung.
Sering terjadi, satu anak jadi mengurusi orang tuanya sendiri, padahal ia masih punya saudara kandung dan hal ini isa disebabkan karena adanya satu pihak yang dibebani tanggung jawab tersebut.
Apasaja tantangan dan masalah yang dialami generasi sandwich?
- Kurangnya waktu untuk merawat diri. Karena banyaknya orang yang diurusi, jadi seringkali pemegang posisi ini malah kehilangan waktu untuk mengurus diri sendiri.
- Perkembangan zaman membuat masalah yang dihadapi semakin rumit. Apalagi saat kondisi pandemi seperti sekarang dan perubahan pola hidup dengan zaman yang berubah pula.
- Burn Out. Kelelahan secara fisik dan mental karena beban banyak, kurang istirahat, dan lainnya.
- Rasa Bersalah. Walausudah banyak bekerja, namun bisa saja ada hal diluar kemampuan membuat pihak yang diurusi masih belum tercukupi kebutuhannya. Apalagi jika terang-terangan tak ada apresiasi atas kerja kerasnya, dan hanya diberi keluhan sebegai respon.
Bagaimana upaya untuk mengatasi masalahnya ?
- Self Care. Luangkan waktu untuk bicara dengan diri sendiri, apresiasi apapun yang sudah diperjuangakan, hibur diri, dan maafkan jika masih ada kekurangan yang belum tercapai. Luangkan waktu untuk menikmati hiburan juga.
- Jika masih punya adik atau ada anak yang belum mandiri, latihlah untuk memiliki kemampuan mandiri dan minimal memenuhi kebutuhan sendiri.
- Jika kita adalah pihak yang diurusi, belajarlah untuk bertanggung jawab atas diri, atau minimal apresiasi dan bantu pengurus kita.
- Terbukalah untuk bercerita pada sahabat, teman, atau mungkin datangi psikolog untuk ibsa mengatasi beban yang menumpuk pada mental.
- Belajar untuk mengatur keuangan dan investasi sejak dini.
- Komunikasi, bagi tugas, dan kompaklah dengan saudara atau pasangan.
Disclaimer :
Artikel ini tidak bermaksud menyalahkan pihak manapun yang masih diurusi orang tua, kakak, atau ananya. Tentunya setiap orang punya permasalahan berbeda yang tidak bisa asal disalahkan. Jika ada orang tua yang diurusi anak, tidak serta merta dianggap sebagai beban atau toxic atau label burruk lainnya. Mengurus orang tua adalah tindakan mulia. Artikel ini hanya menjelaskan sebuah teori, yang menjelaskan relasi anak dan orang tua di dalamnya.
dikutip dari thread twitter @aprilliouz